Kamis, 12 Juni 2008

Kisah Pohon Apel

Dahulu, terdapat sebuah pohon apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku tidak suka bermain lagi. Aku memerlukan uang untuk membeli permainan yang lebih bagus," tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setealah itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?" Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya." Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, akutidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu."

Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi setelah itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku tinggal seonggok kayu dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu."
Aku tidak mau apelmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu karena aku tidak akan belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini terhadap ibu dan bapak mereka. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai merekas emasa menyambut hari ibu dan hari raya setiap tahun.


Contributed by : Siswo Susetyo
Rooms Division Manager
siswo@nikkobali.com

Logika ada Batasnya

1.Latar Belakang
Prinsip utama saya sejak beranjak dewasa sampai sebelum perjalanan umroh ini adalah : "Tak ada keajaiban". Segala sesuatu harus masuk logika, masuk akal, dan jauh dari hal-hal yg tak masuk akal. Segala sesuatu mesti ada penjelasan ilmiahnya.

Oleh karena itu pandangan saya selalu mengacu kepada konsep hukum-hukum fisika, sosial, dan hukum psikologi. Tak ada kejadian yg pernah bisa melanggar hukum alam.

Setiap pohon pisang akan berbuah pisang, setiap mahluk hidup mempunyai siklus biologi sesuai spesisnya, setiap apapun didunia ini tidak ada yg bisa lepas dari hukum absolut alam semesta. Takkan pernah ada cimpedak berbuah nangka kecuali dalam sajak. Takkan pernah ada orang kebal peluru. Takkan pernah ada keajaiban, keanehan, atau anomali hukum alam.

Sebelumnya saya hanya tertawa mendengar cerita-cerita keajaiban ataupun kejadian luar biasa yg kerap terjadi pada orang yg melakukan ibadah haji atau umroh di tanah suci. Mungkin itu hanya kebetulan, atau mungkin itu hanya bohong belaka. Sehingga kajian saya mengenai telaah agama islam, selalu mengacu kepada analisa, sentesa, konseptual, dan hipotesa. Pendeknya, tak ada alat yg saya miliki untuk telaah tsb selain metode ilmiah, sampai saya dipaksa harus menyadari instrumen lain yg sesungguhnya ada dan tak pernah saya gunakan.

2. Perjalanan I : Jkt-Jeddah
Saya berangkat dengan apa adanya menuju Jeddah. Instruksi saya kepada secretaries yg membooking perjalanan untuk mengambil paket yg paling murah, paling singkat, dan paling efisien. Boleh dikata niat saya bukan untuk ibadah, tapi untuk sebuah hipotesa.
Diperjalanan, saya bertemu dengan seorang Haji yg telah beberapa kali
berhaji dan berumroh, Bp H Tabrani (63), mantan walikota Jakarta Timur,
kelahiran Aceh. Kamipun terlibat diskusi dipesawat. Saya katakan bahwa saya datang ke Mekkah bukan untuk cari umur panjang, rejeki, kemakmuran, kekayaan, dsb.
Saya katakana saya hanya ingin mencari petunjuk, hidayah bahwa Al-Qur'an adalah memang benar datangnya dari Allah dan bukan konsepnya Muhammad. Saya ingin tahu hipotesa saya benar atau salah.
H.Tabrani berkata, " Insya Allah you akan dapat semua itu. Namun semua
akan tergantung dari cara you memandangnya, apakah fenomena itu adalahsebuah petunjuk, atau hanya sebuah kebetulan ".

2.1 Kejadian 1
Beberapa saat setelah beliau bicara, tiba-tiba mesin pesawat mati satu.
Penumpang pun diharap kembali ketempat duduk masing-masing dan memasang sabuk pengaman. Penerbangan baru berlangsung 45 menit. 5 menit kemudian kedua mesin Boeing 747 disayap kiri mati. Pilot pun memberitahukan bahwa pesawat harus kembali ke Airport Soekarno Hatta. Kemudian pesawat mengalami turbulens yg menyeramkan disertai jeritan penumpang, sementara saya melihat kejendela pembuangan bahan bakar mulai dilakukan. Ini merupakan pemandangan yg sama sekali tidak menyenangkan. Saat itu saya mulai takut dan berfikir tentang kematian. Berkali-kali saya terbang, baru kali ini mengalami kejadian yg demikian. Apakahtempat yg saya tuju memang luar biasa ? Ataukah ini hanya kebetulan saja ?
Dengan sisa mesin dan kekuatan yg ada, pesawat terbang miring dan
mendongak, sementara yg saya lihat dibawah hanya lautan lepas. Namun
akhirnya pesawat dapat mendarat di Soekarno Hatta dengan selamat,
diiringi beberapa mobil pemadam yg siap siaga.Kami semua di inapkan di Horison Hotel-Ancol.
Di Hotel diskusi saya dengan Bp H Tabrani berlanjut.
Saya tanya ; Aca :" Pak Haji, kok susah bener ya mau ke Mekkah aja ?"
" Baru kali ini saya saya naik pesawat kayak begini"
H Tabrani : " You kurang niat kali... ini khan bukan perjalanan biasa".
Aca : Apanya yg luar biasa. Secara teknis tetap sama"
H Tabrani : " Wah...you boleh pilih, melihat ini sebagai
sebuah Kebetulan, atau sebuah kebesaran Allah ! "
Aca : " Tapi Pak, kenapa kalau Allah mau kasih pelajaran Semua satu
pesawat terkena getahnya, padahal khan Ada penumpang lain seperti Bapak yg sudah berniat bulat umroh tetapi juga batal ".
H Tabrani : " Andry...you khan tahu tidak semua penduduk Indonesia bobrok mentalnya, tetapi, jika Allah mau kasih pelajaran khusus - hampir
seluruh rakyat Indonesia terkena dampaknya". " Bisa jadi karena you
dengan niat hipotesa atheis itu - kita semua satu pesawat terkena
akibatnya". "Coba dech.. you pikirin ! "
Akhirnya saya mulai tafakur, mencoba untuk merendahkan hati, sholat
isya' - dan membaca niat untuk umroh. Saya mulai membuka-buka buku-buku petunjuk menjalankan umroh. Walau saya jarang (hampir tidak pernah) berdo'a, saya baca-baca do'a nya.

2.2 Kejadian 2
Esoknya kami berangkat dengan pesawat lain. Dan ketika itu saya melonjak kegirangan, karena saya di up-grade ke first class. Waduh, enak juga, 10 jam terbang tanpa harus berdesakan dengan fasilitas lainnya yg tidaksama dengan economi.
Tiba-tiba H Tabrani datang, " Wah you koq disini ?
" Aca : " Alhamdulillah saya di up-grade Pak "
H Tabrani : " Waduh...enak benerrrr, you udah niat umroh ? "
Aca : " Udah Pak, semalam saya tafakur, berdo'a dan membaca niat "
H Tabrani : "Bagus kalau begitu. You sekarang melihat kan Allah bisa
memberikan imbalan kenikmatan secara Langsung "
Aca : "Loh tapi Pak Haji, ini khan petugas maskapai yg Ngatur!?"
H Tabrani : " Bukan ! ini Allah yg ngatur, melalui tangan petugas"
Aca : " Wah ini mungkin hanya kebetulan saja Pak !" " Nggak masuk akal
kalo Cuma karena niat, saya langsung diberi kenikmatan oleh Allah ".
H Tabrani : " OK... khan saya sudah bilang dari kemarin, semua Terserah you saja, apakah you mau melihat dengan Kacamata kebetulan, atau kacamata iman !" H Tabrani pun mulai sewot dengan saya. Entah karena nggak di up-grade atau karena sikap saya yg dianggapnya wangkeng.

2.3 Kejadian 3
Dipesawat, saya dikenalkan oleh pramugari kepada 2 orang penumpang yg menekuni manajemen pikiran. Dian, pramugari yg sebelumnya terlibat
diskusi agama dengan saya dan H Tabrani, menyarankan agar masalah saya diungkapkan kepada mereka. Kamipun berkenalan, seorang bernama Nur Cahyo, seorang lagi bernama Kartiko (mungkin muridnya).
Saya jelaskan permasalahan utama saya. Akhirnya ia menjelaskan, " Sdr
Andry, selama ini saya tahu anda telah banyak berupaya, namun upaya itu belum optimum. Apa sebab - karena sdr hanya menggunakan sebahagian yakni bagian kiri saja dari otak sdr ".
"Karena otak, mempunyai 2 belahan, belahan kiri yg fungsinya untuk
menganalisa, kalkulasi, logika, konsentrasi, hipotesa, dsb, dan belahan
kanan yg berfungsi mencerna keindahan, emosi, seni (spt musik),
euphoria, keimanan, dsb. Kedua belahan otak tsb harus sdr gunakan. Wajar kalau saudara hanya mengandalkan analisa dan mendewakan sirkuit logika".
"Ada daerah kekuasaan Tuhan yg tidak dapat dianalisa dan didiskusikan.
Daerah tsb hanya dapat dicerna oleh perasaan yg kita sebut iman".
"Loh...itu khan basic prinsip Quantum Learning, saya tahu benar itu ", kilah saya.
"Betul...bagus kalau anda tahu - tapi pernahkah anda terapkan dalam pencarian ini ?".
Saya mulai bingung dengan pertanyaan Kartiko. Saya tahu benar ilmu itu, karena saya sering jadi pembicara tentang metode belajar dan bekerja menggunakan keseimbangan otak kiri - kanan. Kepala saya seperti dipentung oleh senjata saya sendiri.
Kartiko melanjutkan, "Jika yg sdr cari adalah petunjuk, ia dapat berupa
ilham, mimpi, atau fenomena dan kejadian-kejadian yg tak masuk akal.
Sdr tak akan bisa menelaah semua itu nanti di perjalanan dengan otak kiri
(analisa) saja. Hasilnya akan sdr pisah-pisah dan terlihat tidak
berkaitan satu sama lain. Namun apabila sdr gunakan juga otak kanan
(intuisi/rasa/iman), hasilnya akan sangat menakjubkan".
H Tabrani pun ikut terlibat diskusi, dan ia banyak membenarkan perkataan Kartiko.
Sebelum Kartiko kembali ke kursi duduknya, saya bertanya kepadanya, "Anda kuliah dimana ?".
Kartikopun menjawab "Politeknik Mekanik Swiss".
"Astaga, angkatan berapa ?". "Angkatan 88", jawabnya.
Akhirnya, kami pun bertambah mesra.
Saya mulai menarik hipotesa dengan kedua belahan otak saya ;
1. Apakah instrumen ini berguna (telaah menggunakan kedua belahan otak)untuk pencarian saya ?
2. Kenapa saya tak pernah menggunakannya, padahal saya tahu dan gandrung dengan ilmu itu ?
3. Apakah ia hanya seorang kenalan di pesawat, atau kah sebuah petunjuk agar saya menggunakan instrumen itu dalam perjalanan sekarang dan nanti ?
4. Apakah pertemuan kami ini hanya sebuah kebetulan ?
5. Apakah Kartiko juga seorang yg kebetulan berlatar belakang pendidikan sama dengan saya sehingga jalan berfikir kami sepertinya klop !?
Saya kembali membahas ini dengan H Tabrani.
Beliau seperti biasa sambil sewot, " Terserah...you mau lihat dari
kacamata kebetulan atau kacamata kebesaran Allah !".
Sayapun mulai tak percaya dengan diri saya.
Saya mulai goyah dengan pandangan saya selama ini.

2.4 Kejadian 4
Akhirnya kami pun tiba di Jeddah, yg kemudian perjalanan disambung ke Madinah. Malam hari kita berangkat sholat Isya' ke Masjid Nabawi. Disini
Rasululloh dimakamkan, jelas H Tabrani.
"Kok kuburan di Masjid Pak Haji, nggak bener itu !"
"Wah you ini mau sholat apa nggak !". "You khan bisa sholat karena orang
yg dimakamkan disini !".
Tanpa banyak bantah saya ikuti ajakannya sholat diluar (halaman) Masjid
(karena larut, pintu masuk sudah ditutup).
Saya sholat tepat disamping pintu makam Rasululloh, sedang H Tabrani
sholat 5 meter didepan saya.
Tiba-tiba, baru saja saya takbiratul ihrom, pintu disamping saya berdebum. Sayup-sayup berdebum. Seperti suara orang kerja. Tapi lebih
mirip suara orang marah-marah membanting meja atau kursi. Tiba-tiba perasaan takut saya datang.Akhirnya saya batalkan sholat saya, pindah menjauhi makam Rasululloh. Makam orang yg saya pikir pembuat Al-Qur'an. Dan saya mulai dihantui pemikiran tersebut. Sholat saya sudah nggak bisa khusuk lagi.
"Andry...kamu kenapa pindah sholatnya ?", tanya H Tabrani.
"Nggak tahu tuh Pak, ada suara berisik dipintu, sepertinya pintu itu mau
dibuka orang ", jawab saya.
"Suara berisik apa ".
"Loh Pak Haji nggak denger barusan "
"Enggak ah..., Iqbal...kamu dengar suara ?" "Enggak Pak..."
Perasaan saya mulai nggak karuan. Rasa takut dicampur rasa bersalah.
Saya coba analisa pakai belahan kiri, bahwa mungkin posisi saya yg tegak
lurus dengan pintu menyebabkan saya bisa dengar, namun mereka karena tidak tegak lurus, mereka tak bisa mendengar.
Tapi harusnya juga dengar. Mustahil tidak, karena suara itu keras koq.
Akhirnya saya ceritakan ke H Tabrani tentang perasaan kacau saya.
Saya ceritakan bahwa saya pernah menulis e-mail yg berpendapat apakah semua ini bisa-bisa nya Muhammad. Kala itu saya tetap menyangsikan kronologi turunnya wahyu. Hingga saya mensejajarkan posisi Muhammad dengan Napoleon, Karl Marx, Einstein, Aristoteles, Plato, dan pemikir besar dunia lainnya.
"Wah...kalau you udah sadar itu salah, you mesti minta maaf besok
didalam Masjid, tepat disamping makamnya kalau bisa ", kilah H Tabrani.
Esok hari, pagi-pagi sekali kami bangun, berangkat menuju Masjid Nabawi. Masjid besar dengan halaman yang juga besar. Dengan terhuyung sambil ngantuk (karena nggak biasa bangun dan sholat
shubuh) saya berjalan menyusuri halaman Masjid seperti menyusuri 2 kali panjang lapangan bola.Seluruh lantainya ditutupi Pualam putih.
Setelah melewati pintu utama, saya berjalan memasuki ruang dalam Masjid area perluasan King Fadh. Saking besarnya, pandangan lepas kita tak dapat melihat ujung Masjid lainnya. Lantai, dinding dan Tiang ditutupi
marmer yg dipolish licin. Setiap tiang terdapat lubang AC yg dapat
mengatur suhu ruangan otomatis.
Kami terus berjalan menuju Raudah (batas bangunan asli Masjid yg
dibangun Muhammad) melewati area perluasan King Azis. Antara perluasan King Fadh dan King Azis terdapat Kubah yg dapat terbuka dan tertutup otomatis. Sempat terfikir oleh saya, betapa besar biaya yg diperlukan untuk ini semua. Namun saya coba tahan pemikiran negatif itu dan menggantikannya dengan fikiran betapa besar pengaruh Muhammad sampai sekarang hingga dapat terwujud Masjid sebesar dan seagung ini.
Kamipun hampir mencapai Raudhah, namun tak bisa masuk karena penuhnya.Setelah sholat Shubuh, saya dianjurkan H Tabrani untuk berdo'a di area Rhaudah.
"Kenapa ...?", tanya saya.
"Berdoa disana Insya Allah lebih amat makbul (dijawab oleh Allah terhadap permintaan doa kita).
Sempat terbesit pertanyaan saya, apakah doa orang yg berdoa di Masjid Dago Atas tidak makbul ? Namun saya mulai menahan diri terhadap pemikiran dan pertanyaan model itu. Setelah berdoa, kamipun berdesakan keluar melalui Pintu Jibril, pintu yg melewati tepat muka makam Rasululloh. Saya ambil barisan paling kiri, barisan yg paling dekat dengan sisi makam. Kami berjalan berdesakan, perlahan, penuh sesak namun sangat tertib. Dari kejauhan saya melihat pagar makam yg didalamnya gelap tak ada cahaya. Dalam antrian perlahan saya mendekati makam.Didalam pagar terlihat tiga makam yg ditutupi kain.
Saya tak tahu yg mana Makam Rasululloh, yg mana makam Abu Bakar, dan yg mana makam Khadijah, isteri Nabi.

2.5 Kejadian 5
Disepanjang makam berdiri 4 orang tua dengan badan tinggi bersorban yg
selalu menepis tangan orang yg mencoba memegang pagar dengan meratap.
"Musyrik !!!", hardiknya.
Mereka senantiasa menjaga perilaku setiap orang yg mencoba ziarah dengan kelakuan aneh.
Disini saya mulai mengerti arti Islam sebagai agama Tauhid.
Agama yg berillah hanya dan hanya kepada Allah. Tiada kepada yg lain, tiada pula kepada para Nabinya.
Nabi hanya sebagai pembawa RisalahNYA, MandatarisNYA, dan bukan tempat untuk meminta atau berdo 'a.
Nabi juga bukanlah anakNYA, karena beranak pinak adalah perilaku
ciptaaNYA dan bukan salah satu sifatNYA/perilakuNYA.
Musyrik atau Syirik, mensyarikatkan Allah dengan sesuatu lainnya adalah
satu-satunya perbuatan dosa yg tidak pernah diampuni Allah.
Bukan maksud saya menyindir, tapi sering kali orang melakukan "HUMANISASI". Imajinasi bentuk alien (mahluk luar angkasa) tak pernah jauh lari dari bentuk manusia, berbadan, berkepala, bertangan dan berkaki.

Film-film kartun Hollywood, selalu menampilkan bentuk perilaku
binatang yg bertingkah polah bagai manusia, dan berbentuk fisik yg sudah
dirobah menjadi mirip manusia. Dongeng-dongeng binatang buku cerita untuk anak kecil juga demikian. Robot-robot sekarang dan masa datang,mengambil analogi kerja tubuh dan bentuk badan manusia.
Sampai-sampai Tuhan atau Dewa-dewa yg digambarkannya pun mirip bentuk manusia. Adapula yg menganalogikan perilaku Tuhannya seperti manusia dengan perilaku beranak pinak. Disini saya merasa mendapat petunjuk, bahwa Muhammad NabiNYA, bukan anakNYA, bukan tempat meminta.
Ketika saya tiba persis dimuka makam, seseorang dengan suara yg berat
dibelakang saya berkata perlahan. Tidak keras namun tidak berbisik.
Kedua tangannya memegang pundak saya dari belakang. Ia berkata dalam bahasa Arab, " Ya Rasululloh...ini aku, aku datang kepadamu, bukan untuk meminta sesuatu yg lain.
Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu ya Habiballoh.
Aku hanya mengagumimu namun aku tak pernah memujimu.
Aku fikir aku telah menempatkanmu pada posisi yg tinggi, namun ternyata engkau lebih mulia dari itu. Aku tidak mencela engkau namun aku sadar aku telah melecehkan engkau. Aku minta maaf ya Rasululloh".
Pembaca, saya dapat mengerti hampir seluruh ucapannya dalam bahasa Arab itu, namun saya belum pernah belajar Nahu sorob atau bahasa Arab !
Saya jadi bingung sendiri. Saya lihat dipundak saya salah satu tangannya yg memegang pundak saya dari belakang, besar sekali dan hitam legam. Waktu saya menolah kebelakang, orang tersebut seperti dari Afrika, tinggi luar biasa, hitam legam.
Ia mengucapkannya sambil merintih menahan tangis.
Rasa haru, menyesal luar biasa, dan sedikit ketakutan pun menyelimuti saya. Saya tak ucapkan kata apapun. Semua yg akan saya ucapkan telah
diucapkan orang dibelakang saya dalam bahasa Arab yg saya tiba-tiba mengertinya.
Keluar pintu Jibril, saya menunduk menahan tangis dan haru, agar tak
terlihat H Tabrani dan Iqbal puteranya.
H Tabrani tahu itu. Merekapun mempercepat langkah agar tetap didepan saya. Saya coba cari orang tinggi besar hitam tadi.
Mungkin karena ramai kerumunan, saya tak dapat menemukannya.
Sesampai di Hotel, kamipun mendiskusikannya. Terutama tentang dapat
mengertinya saya terhadap ucapan dalam bahasa Arab.
Saya bilang : "Mungkin begini Pak, karena saya dihantui rasa
bersalah,dan memang saya akan berkata minta maaf, maka persepsi saya
terhadap apa yg diucapkan orang tadi adalah persepsi fikiran saya".
H Tabrani : "Itu mungkin. Mungkin saja. Tapi mungkin juga petunjuk,
bahwa beliau (Rasululloh) tahu benar isi hati anda, dan beliau dengan
ahlaknya yg mulia sudah memaafkan you tentunya".
Aca : " Ah...masak sich Pak. Sedemikian mudah dan cepatnya saya mendapat petunjuk "
H Tabrani : " Temen you dan saya khan sudah berkali-kali mengatakan,
semua itu terserah you saja. Apakah you mau anggap itu semua kebetulan atau sebuah petunjuk. Berkali-kali saya mengatakan - terserah you saja !"
Saya mulai tak banyak membantah.
Saya benar-benar mulai berfikir, bahwa tak ada yg namanya kebetulan.
Semua sudah ada aturannya, semua sudah ada sebab akibatnya.
Ada sebuah "hukum sebab-akibat" yg berlaku absolut dialam semesta ini.
Hukum Sebab-Akibat itu diatas hukum-hukum lainnya.
Juga diatas hukum fisika, sosial, maupun psykologi yg saya anut selamaini.
Saya mulai meyakini ini sebagai Hukum Sunatulloh, dan bukan hukum
psikologi. Bukan efek kebetulan karena rasa bersalah. Bukan efek
kebetulan kondisional akibat suasana yg khusuk, sakral atau
magic/angker. Melainkan hukum Sunatulloh kepada orang yg mencari
ridhoNYA, orang yg mencari jalan yg diridhoNYA. Namun saya tak berani
berfikir bahwa saya sudah berada pada jalan yg benar, dalam "The right
track". Namun yg jelas, saya mulai lebih berhati-hati dan tidak gegabah.

3. Perjalanan di Madinnah
Setelah melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat bersejarah antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg dibuat Rasululloh,.Masjid Kiblat - Masjid dimana ditengah sholat
Rasululloh mendapatkan wahyu untuk sholat menghadap Ka'bah/Mekkah, yg sebelumnya menghadap Masjidil Aqso', sehingga sholat tersebut beliau
lakukan 2 roka'at menghadap Masjidil Aqso' dan 2 roka'at sisanya
menghadap Ka'bah. Karena kasus ini orang Kafir Quraisy berkomentar
Muhammad pemimpin yg plin-plan.
Dibimbing oleh Tour Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana terjadi Perang Uhud. Terlintas dibenak saya cuplikan film "The Massage" dimana Hamzah, Panglima perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang budak suruhan Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpin kaum kafir Quraisy yg sangat memusuhi Nabi.
Pada peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan tindakan indisipliner pasukan panah.
Kami juga mengunjungi makam Fatimah, dimana dekat makam dahulunya
terdapat parit besar yg dikenal sebagai Perang Khandak. Perang dimana
pada saat itu kaum kafir dari berbagai bangsa dan negara memboikot dan
meng-embargo kaum muslim selama kurang lebih 2 tahun, dimana sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg memisahkan/melindunginya.
Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh adalah bertahan dan bukan menyerang. Konsep yg diajukan Rasululloh adalh sebuah konsep dimana penguasa kafir tidak menyukainya. Konsep tsb hanya mendapat tanggapan dari kaum Anshor yg bertempat tinggal di Madinnah hingga Nabi harus hijrah/pindah kesana.
Saya akhirnya bertanya kepada Tour Guide, bagaimana dengan tindakan Nabi yg saya anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi mengirim surat dari Madinnah kepada Mekkah, Mesir, Roma, Persia, Abesinia, dan Negos(Ethiopia). Madinnah tidak sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakan Nabi mengirim surat kepada Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau dibilang gila). Analoginya mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru berdiri, tanpa angkatan bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia, Australia, Amerika, Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk dibawah kekuasaanya.
"Oh tidak, ini tidak seperti demikian ", jawab Tour Guide. "Urusan
Raululloh bukan urusan kekuasaan. Konsep Rasululloh bukan konsep negara,sehingga surat yg dibuat bukan surat kekuasaan . Surat itu berisikan ajakan beragama Islam. Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan konsep pemerintahan".
"Lho, kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan Daulat Bani Umayah, kepemimpinan Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya dengan cepat dan pesat sampai ke Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai belahan dunia lain, sehingga Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga dipemerintahan, dimasyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengarsekarang secara sayup-sayup 'hukum Islam' ? Bagaimana kita memberlakukan sebuah peraturan tanpa adanya kedaulatan ? Bagaimana kita bicara rajam bagi yg berzinah, sementara lokalisasi pelacuran mendapat izin dari pemerintahan Pemda setempat ? Bagaimana memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam ? ", demikian saya bertanya.
Tour Guide tersebut tak dapat melanjutkan penjelasannya. Sayapun
menjelaskan, "Mas Syaiful...saya mohon maaf loh, saya dalam pencarian,
saya bukan sok tahu, tapi saya memang benar-benar tidak tahu, dan saya
benar-benar ingin tahu, kayak apa sich konsep Rasululloh yg disampaikan pada saat itu ?".
Tour Guide : "Baiklah, anda silahkan tanya kepada orang yg lebih tahu,
saya terus terang belum tahu benar untuk hal ini ".

Aca : "Terimakasih Mas...saya akan simpan pertanyaan ini".
Beberapa orang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun saya
berfikir bahwa ini sangat penting.Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak menemukan jawaban, namun saya yakin insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian saya yg berikutnya, saya dapat menemukan jawabannya...Amien.

3.1 Kejadian 6
Setelah sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk ber-umroh.
Pak H Tabrani mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom.
Ia menjelaskan untuk memakai pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit dipinggang, satunya lagi di bahu.
"Latihan pakai kain kafan ", demikian penjelasannya. Meskipun ia bukan Tourist Guide, namun ia begitu telaten mengajarkannya pada saya. Meskipun kadang-kadang menghardik saya, seperti waktu saya tanya kenapa koq nggak boleh pakai celana dalam. Ia hanya menjawab "Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan ! ". Untung saya sudah rada kalem sekarang karena beberapa kali mengalami peristiwa2
yg lalu, kalau tidak, mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan.
Setelah mengambil niat di Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah
Labbaik Allohumma labbaik
Labbaik Lasyarika laka labbaik
Innal hamda, Wal nikmata, Laka wal mulk
La syarikalak
Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu
Tiada syarikat bagimu Sesungguhnya segala puji, segala nikmat, dan segala kuasa Hanyalah dari engkau. Tiada syarikat bagimu.
Pembacaan Talbiah baik di pesawat maupun diperjalanan/bus, sangat
diliputi rasa haru yg luar biasa.
Kamipun tiba di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup dekat dengan
Masjidil Haram. Sementara barang-barang diurus oleh petugas travel, kami berwudhu di Hotel, kami langsung memasuki Masjidil Haram, sebuah Masjid yg paling terkenal yg mungkin paling tua didunia. Saat itu saya belum merasakan pesonanya. Namun setelah melepas sandal dan memasuki Masjid, saya terdiam melihat benda hitam pekat persegi empat yg berada ditengah-tengah Masjid. Ka'bah ternyata berukuran lebih besar dari perkiraan saya. Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak kuasa. Dengkul saya lemas luar biasa. Sulit sekali menggambarkan pesonanya. Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak H Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga mengalami hal yg sama. Saya lemas dan duduk. Saya berusaha perlahan-lahan bergerak mendekat, namun semakin dekat, semakin tak kuasa menahan tangis. Akhirnya saya mulai meraung seperti anak kecil. Saya menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis saat itu saya tidak sedih.
Benda itu berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar sekali. Hitam
pekat sekali. Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka'bah berukuran sebesar itu.
Saya tidak pernah berfikiran bahwa di dalamnya ada Allah sedang
bersemayam. Sepintas hanya sebuah batu yg disusun dan dilapis kain
hitam. Namun saya melihat sedemikian banyaknya manusia mengitarinya
melakukan yg disebut tawaf. Bukankah ini bukti dari hasil kerja Muhammad.
Analisa saya bermain, apakah sekian banyaknya manusia datang kesini
hanya ditipu satu orang yg bernama Muhammad. Namun intuisi saya juga
bermain, bahwa kegiatan ini pasti bukan baru dimulai kemarin. Kegiatan
ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad. Pendapat ini adalah pendapat
awal saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa hari kemudian oleh H
Tabrani bahwa kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata Ibrahim, bapak
besar berbagai bangsa yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan
Kristen) , yg kemudian juga Islam.
Saya mulai tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa
malu-malu lagi sebab kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H
Tabrani membaca do'a-do'a putaran pertama. Posisi kami sangat dekat
dengan Ka'bah dan senantiasa saya semakin merapat kedalam. Kami merasa seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg menarik ketengah. Seolah kami bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi (seperti melayang), semakin rapat dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasa menentukan arah (kecuali sedikit), kita hanya dapat berserah diri mengikuti arus putaran itu. Sambil memegang buku do'a kecil, saya coba baca juga artinya. Disitu terdapat do'a permintaan umur panjang dan keturunan yg banyak serta soleh. Saya tanya ke H Tabrani, " Loh Pak...kok ada permintaan seperti ini ya...?. H Tabrani menjawab, "Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh minta apa saja".
Pada tawaf putaran kedua, saya kembali membaca do'a khusus untuk putarankedua - sambil juga melihat artinya. Agak sulit memang karena banyak jama'ah Iran berbadan besar berdo'a lantang sekali. Kadang saya tak mendengar suara H Tabrani sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. Kembali saya lihat artinya, " Loh...Pak, koq disini ada permintaan terhadap rezeki yg banyak". H Tabrani pun kembali menjawab, " Ya memang boleh. Anda saja yg Cuma minta petunjuk dan nggak mau minta yg lain.Minta harta boleh...habis -kalau tidak - anda mau minta ke siapa lagi kalau bukan sama dia ".
Pada tawaf putaran ketiga, saya kembali membaca do'a sambil membaca
artinya. Terdapat dengan jelas disitu "Tijarotan Lantabur " yg artinya
"perdagangan yg jauh dari rugi". Saya kembali bertanya dengan lebih
antusias karena masalahnya erat dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini. "Loh-loh...ini lebih aneh lagi Pak...kok boleh minta
dagang agar jauh dari rugi, ini khan urusan dunia. Bagaimana kita bisa
rugi - ya karena manajemen yg buruk, sedangkan bagaimana kita bisa
untung - ya dengan manajemen yg baik ? ".

Akhirnya H Tabrani mulai sewot lagi, " You khan bilang waktu dipesawat, bahwa you hanya minta petunjuk, betul ndak...?" "Betul Pak ", jawab saya. " OK kalau begitu nggak usah do'a saja." , tegas H Tabrani.
Analisa dan intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat
Al-Fatihah, ayat 4, "Iyya ka na' budu wa iyya ka' nastaiyn". Kepadamulah
kami menyembah dan hanya kepadamulah kami minta pertolongan. Saya fikir ini harus berlaku pada semua hal - segala hal - segala sesuatu -
termasuk hal-hal duniawi seperti bisnis. Sehingga musyrik hukumnya jika
kita meminta pertolongan dalam bidang bisnis kepada Kadin, Pemda,
Katabelece Pejabat untuk menggoalkan proyek kita. Haram hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian Purchasing untuk melakukan bisnis dengan kita.
Permintaan tolong hanyalah kepada Allah semata. Adapun, Kadin, Pemda,
Pejabat, dan bag Purchasing, hanyalah perantara.
Hal ini jangan dianggap sepele, karena ini yg akan menentukan strategi
manajemen perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN atau
melakukannya dengan pendekatan lain.
Akhirnya dengan pemahaman yg seperti ini, saya kembali berdo'a dengan
segala kerendahan hati. Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya, meminta kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa absolut. Statemen awal saya dipesawat, sekarang terbantai semua. Saya ternyata tak hanya meminta pertunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini - juga meminta duniawi.
Demikian saya melihat Rahman rohim Allah. Jika kita meminta dunia saja,
Allah mungkin saja berikan, dan mungkin juga tidak. Namun jika kita
meminta keridhoan akhirat - insya Allah kita juga akan mendapat dunia.
Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan Sam. Persis juga sama dengan do'a -
do'a di akhir tawaf yakni fiddunia hasanah - wa fil akhiroti khasanah.
Saya pun kembali berdo'a dengan lebih khusuk, dengan kesadaran baru - tanpa banyak pertanyaan lagi.

3.2 Kejadian 7
Usai tawaf, kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram bagian bawah. Disini saya kembali tercengang. Sebuah mata air yg hampir tak mungkin ada di daerah ini. Mekkah dapat anda lihat sebagai pegunungan batu. Masjidil Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingnya dapat anda temukan hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. Ini pula yg menyebabkan pembangunan konstruksi di kota Mekkah sangat lamban.
Jangankan tumbuhan subur, kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya,
terdapat air sumur zam-zam yg debitnya luar biasa besar yg dipompa
dengan pipa-pipa sampai ke Madinah, Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya
selain untuk keperluan orang ber Hajji. Berjuta-juta orang datang setiap
harinya, namun sumur ini tak pernah ada keringnya.
Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan memang ada sungai bawah
tanah yg mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan sedemikian lamanya ?
Perhitungannya bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan perhitungan dari
Ibrahim. Entah berapa ribu tahun. Karena sungai bawah tanah dapat
berubah alirannya hanya dalam kurun waktu puluhan tahun saja. Namun
sumur zam-zam ini tak pernah kering dan senantiasa menyediakan air yg
dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. Seolah olah ia ada memang untuk
kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi dibenak saya teori kebetulan yg dahulu. Pada saat Sya'i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak yg berjalan, sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa' dan Marwah. Dipisahkan oleh pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya'i.
Sesekali saya melihat wajah cantik wanita Turki dengan hidung mancung
kulit putih bulu mata boros (Saat tawaf maupun Sya'i dilarang menutup
cadar muka - namun ada sebahagian mazhab melakukannya). Kecantikannya mungkin biasa bagi orang sana, namun saya mengira pasti luar biasa untuk ukuran orang Melayu. Agak lama baru saya sadar bahwa saya mulai kurang khusyuk karena melakukan "olah raga leher".
Akhirnya saya bertanya kepada H Tabrani, " Pak...koq pakai lari-lari
segala sich ? ". "Begini "- jawabnya perlahan, "Dulu sewaktu Siti
Khajar, isteri Nabi Ibrohim, ia berjalan sambil berlari-lari kecil
mencari air antara bukit Syofa' dan bukit Marwah, sementara anaknya
Ismail ditinggal sejarak tertentu dari Ka'bah. Air yg dilihatnya
ternyata hanyalah fatamorgana. Sedangkan air yg sesungguhnya justru keluar didekat kaki Ismail.
Dari sini saya pun semakin yakin dan menarik kesimpulan, bahwa Ka'bah
bukan dibangun oleh Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim, pendahulu untuk Musa, Isya, dan Muhammad, yg melahirkan 3 agama besar, Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Seusai Sya'i kami pun menggunting rambut, pertanda selesainya ibadah Umroh kita. Semoga Makbul.
Sesampai di Hotel, kelelahan kami luar biasa. Kaki saya kering
pecah-pecah. Saya belum pernah merasakan pegal-pegal seperti sekarang
ini. Saya fikir, bagaimana dengan kaum wanita atau Ibu-ibu. Pasti lebih
capek. Tapi kelihatannya sama aja tuch. Salah seorang jamaah haji wanita bercerita tentang anak temannya yg sekarang tinggal di Hotel Hilton Mekkah yg tak dapat menyelesaikan tawafnya karena mencret (penyakit yg lebih cepat dari pada jet). Kotoran alias tokai nya sedemikian banyaknya sehingga ia pun kewalahan. Wueeek...sangat menjijikkan kata jamaah yg lain menambahkan. Kepala rombongannyapun membawanya pulang kembali ke Hotel.
Kami tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg merembes
sampai pakaian Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana dalam pada pakaian ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. Saya jadi teringat sewaktu H Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. Pantas - dalam hati saya.

3.3 Kejadian 8
Tak ada yg khusus bagi saya dalam kejadian ini.
Kejadian ini terjadi pada saat saya hendak mencium batu Ka'bah. Disitu
terjadi antrean yg luar biasa. Didepan saya terdapat seorang wanita muda
dan cantik berpakaian Turki yg hendak mencium batu Ka'bah (sisi kiri
Ka'bah, bukan Hajarul Aswad). Mungkin karena pemikiran jijiknya terhadap batu yg sudah dicium oleh jutaan manusia pada hari itu, maka ia
mengeluarkan tisu, mengelap, dan menggosok bagian yg hendak diciumnya. Melihat kejadian itu, Bapak mertua saya pernah menceritakan perihal yg seperti ini berkaitan dengan gelas stainless air zam-zam untuk diminum yg menempel pada setiap keran zam-zam.
Seorang Dokter, kawan Bapak mertua saya pergi Haji, merasa jijik dan
mengatakannya kepada Bapak mertua saya perihal gelas stainless yg sudah diminum berjuta-juta mulut orang. Ini tidak steril katanya. Dokter itu meminum juga air zam-zam dengan perasaan jijik/geli. Keesokannya, apa yg terjadi. Mulutnya bengkak sariawan sampai ke leher. Bapak mertua saya mengingatkan akan ucapannya kemarin perihal gelas tersebut. Bapak mertua mengingatkan sang Dokter untuk meminumnya sekali lagi dengan gelas tersebut tetapi dengan perasaan yg berbeda, yakni perasaan iklas.Keesokannyapun sang Dokter sembuh dari sariawan seperti sedia kala.
Wanita tersebut tetap asyik membersihkan batu Ka'bah dengan tisunya,
sementara antrean sudah mulai panjang dan berdesakan. Ingin sekali saya melarangnya, namun karena nggak bisa bahasa Turki, lagian nggak lucu khan kenalan didepan Ka'bah. Ketika ia hendak mencium batu Ka' ah
mungkin setelah ia merasa bersih - desakan dari kerumunan orang
dibelakang tak tertahankan hingga mendorong wanita itu pada saat ia
menciumnya sehingga benturan hidung mancung dan batu tak dapat
terelakkan. Ia pun selesai mencium batu Ka'bah dengan hidung mimisan (berdarah).
Kuwalat atau apa ini namanya ya ? Hati yg kurang bersih ?
Saya jadi teringat cerita Ka'bah di surat Al-Fiil dimana tentara Abrahah
yg mengendarai Gajah pada masa itu dibuat tak berdaya oleh burung-burung Ababil.
Saya semakin mengerti mekanisme ghoib. Mekanisme yg tidak kasat mata.
Bahkan mekanisme ini pun abstrak tak simetris. Terjadi di kasus ini
namun kadang tidak di kasus itu. Semuanya parsial-kondisional, namun
saya fikir standarnya sama jika kita ukur dari perasaan hati yg dalam.
Mekanisme tsb tak kan pernah dapat diukur karena sifatnya yg relatif tak
pernah sama pada setiap individu. Meskipun ia bukan ada di alam fisika,
namun saya yakin ia ada dan bekerja secara setimbang. Saya cenderung
menyebutnya Metafisika daripada Supranatural yg lebih berbau klenik /
sihir, trick sulap yg diyakini sebagai salah satu keajaiban oleh orang musyrik.
Mekanisme ghoib pada alam Metafisika inipun bekerja pada kawan saya
Iqbal dimana setiap harinya, sepulang kami dari sholat, ia kehilangan
sandal. Bahkan sehari dapat lebih dari sekali ia kehilangan sandal. Ia
mencoba berdo 'a dan bertaubat dosa apa kiranya yg telah ia buat. Namun tetap saja ia kehilangan sandal setiap harinya, hingga ia harus membawa 5 real setiap sholat guna menjaga apabila sandalnya hilang. Tahukah anda, kejadian kecil disini - dapat menimbulkan akibat besar disana. Saya ambil contoh misalnya, hilangnya sandal Iqbal, mengakibatkan ia harus membeli sandal di toko dimuka Masjid. Penjual di toko tersebut seharusnya melayani seorang calon pembeli wanita misalnya, namun karena Iqbal membeli, maka ia tidak jadi melayani wanita itu. Wanita itu pergi lebih cepat. Dalam perjalanannya pulang, ia mengalami kecelakaan mobil (miss ditabrak mobil). Seandainya Iqbal tidak kehilangan sandal, wanita tersebut mungkin akan 10 menit lebih lama untuk jalan pulang, yg tentusaja tak mengakibatkan ia mengalami kecelakaan.
Bukan disitu saja, sang suami wanita tadi (yg katakan seorang jenderal),
yg seharusnya berangkat melakukan perjalanan luar negeri guna
menandatangani sebuah kesepakatan perang, membatalkan rencananya,
sehingga kesepakatan serangan atau perang tadi ditangguhkan.
Hilangnya sandal seorang Iqbal, dapat mengakibatkan tercegahnya sebuah rencana perang atau penyerbuan.
Ini contoh ekstreem yg memang hanya teori main-main, tetapi saya yakin
bahwa semua ini ada mekanismenya dan jangan coba-coba untuk engurainya, karena ia terlalu abstrak dan hanya tunduk patuh pada sang Maha Penguasa. Penguasa alam fisika dan non fisika.

3.3 Kejadian 9
Malam besok adalah malam terakhir saya di Mekkah, oleh karenanya saya
minta kepada Tour guide untuk mengantar saya ke Goa Hira' pagi-pagi
sekali. Tak ada anggota rombongan yg mau ikut. Tidak juga H Tabrani
maupun Iqbal anaknya. " OK, nggak apa-apa, saya tetap mau berangkat
sendiri", tegas saya kepada Tour guide. Jadi biaya travel maupun biaya
Tour guide saya tanggung sendirian. Kamipun merencanakannya.
Paginya seusai sholat Shubuh, saya berkemas bersiap berangkat, dengan
tas ransel dan sepatu sport. Dengan menggunakan taksi, kami tiba dikaki
bukit Gua Hira'. Perjalanan sampai kepuncak memakan waktu kurang lebih satu jam. Terbayang oleh saya ketika Nabi pulang pergi setiap harinya sampai ke puncak. Gua Hira' ternyata sangat kecil. Lebih mirip dua batu yg saling bersandar daripada sebuah Gua. Ditemani Tour guide, saya sujud ditempat Nabi Muhammad duduk menyendiri 1422 tahun yg lalu. Dalam sujud saya bicara dalam hati, "Ya Malaikat Jibril, kenapa koq Nabi Muhammad diberi wahyu, kenapa saya tidak ?". "Kenapa Nabi Muhammad dapat berjumpa denganmu, kenapa saya tidak ?"
Tanpa sholat dan do'a, tanpa meratap ke gua apalagi membuang sesaji
(hanya sujud dan berkata dalam hati seperti diatas saja), kami pulang
menuruni bukit. Saya pun membahas pertanyaan saya di dalam hati tadi
kepada Tour guide. Saya juga sering menyendiri di Villa, menyendiri di
kaki bukit G.gede, tetapi kenapa tak pernah datang yg namanya Jibril.
Saya jadi ingat cerita-cerita para sufi yg mempelajari hakekat sehingga
pergi kegunung-gunung menyendiri, lepas dari hubungan sosial, serta tak
mempedulikan situasi dan kondisi diri. Apakah tindakan Nabi Muhammad
pada kala itu seperti para sufi tsb ? Pertanyaan inipun saya simpan
kembali tanpa tahu jawabannya. Esok hari terakhir, hari dimana saya
mesti melakukan tawaf wada', tawaf terakhir/ tawaf perpisahan dengan Ka'bah. Saya tidur cepat setelah sholat Isya".
Subuh dini hari saya bangun, ketika saya hendak menggosok gigi, saya
tiba-tiba tersadar, "Subhanalloh, tadi malam saya bermimpi bertemu
Jibril" . Buru-buru saya ketok kamar H Tabrani. Saya bangunkan ia, dan saya ceritakan mimpi saya.
"Bagaimana ceritera mimpinya ?", H Tabrani bertanya.
"Begini Pak, sesuatu berbentuk manusia dengan peci hitam datang kepada saya. Saya bertanya siapa anda ? Ia menjawab saya Jibril, kemudian ia mengajak saya untuk ikut. Saya berjalan mengikutinya, dan tiba-tiba kami tiba di sebuah Masjid.
Didalam mimpi saya Jibril berkata, " ini Masjidil Aqsa". "Disini
terdapat salah satu keajaiban yg anda cari". H Tabrani pernah melawat ke
Masjidil Aqsa'. H Tabrani berfikir sejenak, kemudian ia menjawab,
mungkin yg dimaksud adalah "The Dome of the Rock. Sebuah batu yg berada tepat ditengah Masjid ". "Aneh memang batu itu. Ia menggantung, dan berada tepat ditengah-tengah Masjid, kami semua juga nggak ngerti kenapa begitu". Terus bagaimana tanya H Tabrani.
Terus Jibril bilang begini Pak, "Tolong Masjid ini dipelihara". H
Tabrani menepak kepala "Waduh...repot ini". "Kenapa Pak?", tanya saya.
"Masjid itu dikuasai Yahudi. You Nggak bisa keluar masuk seenaknya".
"You sholat dibatasi disana, Cuma 5 menit ".
"Wah saya nggak bisa jelasin artinya ".
"Tapi yg jelas, saya yakin you adalah orang yg disayang Allah".
"Subhanalloh". Saya sudah berumur 63 thn, tapi saya belum pernah mimpi bertemu Jibril, tapi you...you...luar biasa".
saya juga tidak mengerti sampai sekarang arti mimpi saya, dimana saya
tidur diMekkah, bermimpi dibawa seseorang yg berkata sebagai Malaikat
Jibril, yg kemudian membawa saya ke Masjidil Aqsa' di Palestin. Saya jadi merinding.
Saya takut sendiri dengan kejadian-kejadian yg saya alami.
Saya takut untuk berbuat macam-macam.
Saya mengalami semua ini dalam perjalanan ke Mekkah.
Kesadaran saya seperti sekarang ini amat saya syukuri, namun yg paling
saya takuti, adalah deviasinya, perubahannya apabila saya tidak menjaganya.
Apa yg akan terjadi nanti ditanah air.
Saya harus menghadapi dunia nyata yg penuh dengan godaan.
Tidak seperti waktu di Mekkah, dimana fikiran, jiwa dan raga kita bisa
khusuk serta kita jaga kebersihannya.

Dari perjalanan ini, tidak semua kejadian saya ceritakan, hanya yg saya
anggap penting saja, namun sebenarnya, kejadian kecil lainnya yg merujuk kepada hidayah yg tidak saya ceritakan karena terlalu panjang banyak saya alami, namun saya mempunyai beberapa kesimpulan :

1. Allah itu benar adanya yg menciptakan segala sesuatu.

2. Wahyu Allah turun pada setiap kurun waktu tertentu.

3. Wahyu Allah juga turun kepada Muhammad yg diutus sebagai Rasulnya.

4. Allah tidak punya banat/sarikat/kompetitor.

5. Allah menurunkan Wahyunya kepada Muhammad yg kemudian dibakukan dalam bentuk kitab yg bernama Al-Qur'an.

6. Al-Qur'an adalah statemen dari Allah yg didalamnya berisikan petunjuk bagi manusia yg ingin berserah diri kepadanya.

7. Al-Qur'an bukan buatan Muhammad atau ideologi Muhammad.

8. Haji dan Umroh penting adanya dan bukan bisa-bisanya Muhammad. Biaya yg demikian
mahal, sebanding bahkan melebihi hasil yg kita dapat dari perjalanannya.

9. Daging Babi, darah, Alkohol, Judi, Zinah, dan perbuatan
maksiat lainnya adalah haram hukumnya. Tak perlu dianalisa secara metode
ilmiah, karena justifikasinya akan selalu ditemukan manusia guna
menghalalkannya, namun demikian, coba fikirkan dengan instrument
rasa/intuisi dari hati yg dalam, bermanfaatkah jika dilakukan.

10. Kita manusia adalah manusia yg paling istimewa, karena kita mempunyai 2
pilihan, berserah diri kepada kemauan Pencipta, atau berserah diri kepada kemauan kita sendiri.

11. Ada mekanisme Ghoib yg tidak kelihatan, yg memberikan balasan positif apabila kita berbuat positif, dan berbalas negatif apabila kita berbuat negatif pula.

12. Mekanisme Ghoib, berlaku pada orang-orang yg dicintai Allah, namun bagi yg sudah kelewatan, ia
akan dibiarkan, karena Allah menegur dengan sapaan hirarki. Peringatan
pertama mungkin dengan mencolek, jika ia tak mau, Allah peringati ia
dengan menepak, jika ia tak juga sadar Allah peringati ia dengan
menempeleng keras, namun jika ditempeleng keras ia tetap dableg dengan
perbuatan negatifnya, Allah akan membiarkannya, karena hanya hari akhir
setelah matinya yg akan membalasnya kekal abadi di Neraka Jahanam.

13. Mekkah dan Madinah bukan tanah suci (seperti yg saya duga sebelumnya
pada tulisan Muhammad punya bisa ), melainkan tanah Haram, daerah dimana
diharamkan bagi siapa saja berbuat kerusakan, dan itupun hanya pada
batas-batas tertentu yg sudah diberi patok/tanda.

By. Ustadz Muhammad Arifin

Bahaya Islam Liberal

Islam liberal tampaknya bukan merupakan nama baku dari satu kelompok Islam, namun hanyalah satu kategori untuk memudahkan analisis. Sehingga orang-orang yang dikategorikan dalam Islam liberal itu sendiri ada yang saling berjauhan pendapatnya bahkan yang satu mengkritik tajam yang lain. Misalnjya, Ali Abdul Raziq dari Mesir yang menulis buku Al-Islam wa Ushulul Hukm dikritik tajam oleh Rasyid Ridha dan Dhiyauddin Rayis. Namun yang dikritik maupun pengkritiknya itu kedua belah pihak dimasukkan dalam kategori Islam Liberal, sebagaimana ditulis dalam buku Charles Kurzman, Liberal Islam: A Sourcebook. Padahal, di kalangan Islam revivalis (salafi), Rasyid Ridha adalah seorang salaf, yang diakui sebagai ulama yang menguasai Hadits pula.

Demikian pula, Dr. Faraj Faudah[1] (Faraq Fuda, Mesir 1945-1993) tokoh sekuler di Mesir yang mati ditembak orang, April 1993, dan dinyatakan murtad oleh seorang ulama terkemuka di Mesir Muhammad Al-Ghazali, oleh Kurzman dimasukkan pula dalam barisan Islam Liberal yang menurutnya: secara tidak proporsional, menjadi korban kekerasan. Sebagaimana Dr Muhammad Khalaf Allah (Mesir, lahir 1916) yang dalam acara debat Islam dan Sekuler di Mesir 1992 dia jelas sebagai wakil kelompok sekuler, oleh Kurzman dimasukkan pula dalam kelompok Islam Liberal yang teraniaya seperti Dr Faraj Faudah. Hanya saja dia sebutkan, tidak hanya dipaksa untuk membakar seluruh salinan karyanya, tetapi juga dipaksa untuk menegaskan kembali keimanannya kepada Islam dan kembali memperbarui perjanjian perkawinannya.[2]

Bahkan Ahmad Dahlan (1868-1923M) pendiri Muhammadiyah dan Ahmad Surkati ulama Al-Irsyad gurunya Prof Dr HM Rasjidi[3] dimasukkan pula dalam barisan Islam Liberal. Sebaliknya, Nurcholish Madjid yang sejak tahun 1970-an mengemukakan pikiran sekularisasinya dan dibantah oleh HM Rasjidi, dimasukkan pula dalam jajaran Islam Liberal.

Kurzman yang alumni Harvad dan Berkeley itu menandai para tokoh Islam Liberal adalah orang-orang yang mengadakan pembaruan lewat pendidikan, dengan memakai sistem pendidikan non Islam alias Barat. Maka secara umum, tokoh-tokoh Islam Liberal itu menurutnya, adalah orang-orang modernis atau pembaharu.

Secara pengkategorian untuk menampilkan analisis, Kurzman telah memilih nama Islam Liberal sebagai wadah, tanpa menilai tentang benar tidaknya gagasan-gagasan dari para tokoh yang tulisannya dikumpulkan, 39 penulis dari 19 negara, sejak tahun 1920-an. Namun dia memberikan pengantar tentang perjalanan tokoh-tokoh Islam Liberal sejak abad 18, dimulai oleh Syah Waliyullah (India, 1703-1762) yang dianggap sebagai cikal bakal Islam Liberal, karena walaupun fahamnya revival (salaf) namun menurut Kurzman, bersikap lebih humanistik terhadap tradisi Islam adat, dibanding yang Wahabi atau kelompok kebangkitan Islam lainnya.

Digambarkan, orang Islam Liberal angkatan abad 18, 19, dan awal abad 20 mengakomodasi Barat dengan kurang begitu faham seluk beluk Barat. Tetapi kaum Liberalis angkatan setelah itu lebih-lebih sejak 1970-an adalah orang-orang yang faham dengan kondisi Barat karena bahkan mereka keluaran Barat, Eropa dan Amerika.

Gambaran itu perlu diselidiki pula, seberapa kemampuan mereka dalam hal ilmu-ilmu Islam pada angkatan abad 18, 19, dan awal abad 20; dan seberapa pula kaum Liberalis yang angkatan belakangan sampai kini.

Islam Liberal Dimasyhurkan dengan Sebutan Pembaharu

Pengkategorian Islam Liberal seperti yang dilakukan Kurzman itu, sebenarnya secara bentuk pemahaman hanya satu bentuk pengelompokan yang longgar, artinya tidak mempunyai sifat yang khusus apalagi seragam. Dilihat dari segi akomodatifnya terhadap Islam tradisi, mereka belum tentu. Dilihat dari segi mesti berhadapan dengan revivalis (salafi) kadang tidak juga. Buktinya, kenapa Rasyid Ridha yang digolongkan salafi oleh kaum salaf dimasukkan pula dalam Islam Liberal. Demikian pula Ahmad Surkati dan Ahmad Dahlan yang dianggap “musuh” NU (Nahdlatul Ulama/ Islam tradisi) dimasukkan dalam Islam Liberal pula.

Namun, penyebutan Islam Liberal yang dipakai Kurzman itu justru agak mendekati kepada realitas pemahaman, dibanding apa yang dilakukan oleh Dr Harun Nasution yang tentunya dijiplak juga dari Barat[4], kemudian bukunya jadi materi pokok di IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia. Harun Nasution ataupun kurikulum di IAIN menamakan seluruh tokoh Islam Liberal itu dengan sebutan kaum Modernis atau Pembaharu, dan dimasukkan dalam mata kuliah yang disebut aliran-aliran modern dalam Islam. Yaitu membahas apa yang disebut dengan pemikiran dan gerakan pembaruan dalam Islam. Kemudian istilah yang dibuat-buat itu masih dikuat-kuatkan lagi dengan istilah bikinan yang mereka sebut Periode Modern dalam Sejarah Islam.

Pemerkosaan seperti itu diujudkan dengan menampilkan buku, di antaranya Harun Nasution menulis buku yang biasa untuk referensi di seluruh IAIN dan perguruan tinggi Islam di Indonesia, Pembaharuan dalam Islam –Sejarah dan Gerakan, terbit pertama 1975. Dalam buku itu, pokoknya hantam kromo, semuanya adalah pembaharu atau modernis. Sehingga yang revivalis (salafi) seperti Muhammad bin Abdul Wahab yang mengembalikan Islam sebagaimana ajaran awalnya ketika zaman Nabi, sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in, sampai yang menghalalkan dansa-dansa campur aduk laki perempuan seperti Rifa’at At-Thahthawi (Mesir) semuanya dikategorikan dalam satu nama yaitu kaum Modernis.

Mendiang Prof Dr Harun Nasu­tion alumni MMcGill Canada yang bertugas di IAIN Jakarta itu pun memuji Rifa'at Thahthawi (orang Mesir alumni Prancis) sebagai pembaharu dan pembuka pintu ijtihad (Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hal 49).

Padahal, menurut Ali Muhammad Juraisyah dosen Syari'ah di Jami'ah Islam Madinah, Rifa'at Thahthawi itu alumni Barat yang paling berbahaya. Rifa'at Thahthawi tinggal di Paris 1826-1831M yang kemudian kembali ke Mesir dengan bicara tentang dansa yang ia lihat di Paris bahwa hanya sejenis keindahan dan kegairahan muda, tidaklah fasik berdansa itu dan tidaklah fasik (tidak melanggar agama) berdempetan badan (dalam berdansa laki-perempuan itu, pen).

Ali Juraisyah berkomentar: Sedangkan Rasulullah SAW bersabda:

لكل بني آدم حظ من الزنا: فالعينان تزنيان وزناهما النظر، واليدان تزنيان وزناهما البطش، والرجلان تزنيان وزناهما المشي، والفم يزني وزناه القبل، والقلب يهوي ويتمنى، والفرج يصدق ذلك أو يكذبه.

"Likulli banii aadama haddhun minaz zinaa: fal 'ainaani tazniyaani
wa zinaahuman nadhru, walyadaani tazniyaani wazinaahumal bathsyu,
warrijlaani tazniyaani wazinaahumal masy-yu, walfamu yaznii
wazinaahul qublu, walqolbu yahwii wa yatamannaa, walfarju yushod
diqu dzaalika au yukaddzibuhu."

Artinya: "Setiap bani Adam ada potensi berzina: maka dua mata berzina dan zinanya melihat, dua tangan berzina dan zinanya memegang, dua kaki berzina dan zinanya berjalan, mulut berzina dan berzinanya mencium, hati berzina dan berzinanya cenderung dan mengangan-angan, sedang farji/ kemaluan membenarkan yang demikian itu atau membohongkannya.” (Hadits Musnad Ahmad juz 2 hal 243,

sanadnya shohih, dan hadits-hadits lain banyak, dengan kata-kata yang berbeda namun maknanya sama).

Benarlah Rasulullah SAW dan bohonglah Syekh Thahthawi.[5]

Pencampuradukan yang dilakukan Harun Nasution --antara tokoh yang memurnikan Islam dan yang berpendapat melenceng dari Islam-- dalam bukunya ataupun kurikulum perkuliahan itu memunculkan kerancuan yang sangat dahsyat, dan paling banter dalam perkuliahan-perkuliahan hanya dibedakan, yang satu (revivalis/ salafi, pemurni Islam) disebut sebagai kaum modernis, sedang yang lain, yang menerima nasionalisme, demokrasi, bahkan dansa-dansi, disebut Neo Modernis.

Kerancuan-kerancuan semacam itu, baik disengaja atau malah sudah diprogramkan sejak mereka belajar di Barat, sebenarnya telah mencampur adukkan hal-hal yang bertentangan satu sama lain, dijadikan dalam satu wadah dengan satu sebutan: Modernis atau Pembaharu. Baik itu dibikin oleh ilmuwan Barat yang membuat kategorisasi ngawur-ngawuran itu berdisiplin ilmu sosiologi seperti Kurzman, maupun orang Indonesia alumni Barat yang lebih menekankan filsafat daripada syari’at Islam (di antaranya dengan mempersoalkan tentang siksa di hari kiamat)[6] seperti Dr Harun Nasution, mereka telah membuat sebutan atau kategorisasi yang tidak mewakili isi. Dan itu menjadi fitnah dalam keilmuan, sehingga terjadi kerancuan pemahaman, terutama menyangkut masalah “pembaharuan” atau tajdid. Karena, tajdid itu sendiri adalah direkomendasi oleh Nabi saw bahwa setiap di ujung 100 tahun ada seorang mujaddid (pembaharu) dari umatnya.

إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها.( رواه أبو داود).

Sesungguhnya Allah senantiasa akan membangkitkan untuk umat ini pada setiap akhir seratus tahun (satu abad), orang yang akan memperbarui agamanya.”
(Hadis dari Abu Hurairah, Riwayat Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi, mereka menshahihkannya, dan juga dishahihkan oleh Al’Iraqi, Ibnu Hajar, As-Suyuthi, dan Nasiruddin Al-Albani).

Kalau orang yang menghalalkan dansa-dansi campur aduk laki perempuan model di Prancis, yaitu Rifa’at At-Thahthawi di Mesir, justru dikategorikan sebagai pembaharu atau mujaddid, bahkan dianggap sebagai pembuka pintu ijtihad, apakah itu bukan fitnah dari segi pemahaman ilmu dan bahkan dari sisi ajaran agama?

Padahal, menurut kitab Mafhuum Tajdiidid Dien oleh Busthami Muhammad Said, pembaharuan yang dimaksud dalam istilah tajdid itu adalah mengembalikan Islam seperti awal mulanya. Abu Sahl Ash-Sha’luki mendefinisikan tajdid dengan menyatakan, “Tajdiduddin ialah mengembalikan Islam seperti pada zaman salaf yang pertama.”[7] Atau menghidupkan sunnah dalam Islam yang sudah mati di masyarakat. Jadi bukannya mengadakan pemahaman-pemahaman baru apalagi yang aneh-aneh yang tak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan adapun menyimpulkan hukum sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah mengenai hal-hal baru, itu namanya ijtihad. Jadi yang diperlukan dalam Islam adalah tajdid dan ijtihad, bukan pembaharuan dalam arti mengakomodasi Barat ataupun adat sesuai selera tanpa memperhatikan landasan Islam.


[1] Dr. Faraj Faudah (Faraq Fuda 1945-1993) adalah wakil dari kelompok sekuler bersama Dr Muhammad Khalaf Allah dalam menghadapi wakil kelompok Islam yaitu Syekh Muhammad Al-Ghazali, Muhammad Al-Ma’mun Al-Hudaibi, dan Dr Muhammad Imarah dalam acara debat Islam dan Sekuler yang kedua, 1992. Debat pertama dilaksanakan 1987M/ 1407H, pihak Islam diwakili Syekh Muhammad Al-Ghazali dan Dr Yusuf Al-Qaradhawi berhadapan dengan pihak sekuler yang diwakili Dr Fuad Zakaria. Kemudian dalam kasus terbunuhnya Dr Faraj Faudah April 1993, Syekh Muhammad Al-Ghazali didatangkan di pengadilan sebagai saksi ahli (hukum Islam), Juli 1993 di Mesir. Kesaksian Syekh Muhammad Al-Ghazali cukup membuat kelabakan pihak sekuler, karena menurut Syekh Muhammad Al-Ghozali, sekuler itu hukumnya adalah keluar dari Islam. (Lihat Hartono Ahmad Jaiz, Bila Hak Muslimin Dirampas, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1994M/ 1415H, halaman 89).

[2] Charles Kurzman (ed), Liberal Islam: A Sourcebook, terejemahan Bahrul Ulum dan Heri Junaidi, Wacana Islam Liberal, Paramadina, Jakarta, 2001, hal xxix.

[3] Menteri Agama RI pertama, dulu bernama Saridi, lalu diubah oleh gurunya –Syekh Ahmad Surkati-- waktu sekolah di Al-Irsyad, menjadi Rasyidi. Lihat buku 70 Tahun HM Rasyidi.

[4] Karena menurut almarhum Dr Peunoh Dali guru besar IAIN Jakarta, Pak Harun Nasution itu adalah orang yang kagum terhadap Barat

[5] . Ali Juraisyah, Asaaliibul Ghazwil Fikri lil 'Aalamil Islami, hal 13.

[6] Ketika Dr Harun Nasution melontarkan pendapatnya yang mempersoalkan adanya siksa di hari akhir kelak, tahun 1985-an, dan dibantah orang di antaranya HM Rasjidi, saya sebagai wartawan menanyakan kepada Dr Quraish Shihab dalam satu perjalanan Jakarta- Palembang. Jawab Dr Quraish Shihab, kalau yang dimaskud siksa itu penganiayaan yaitu kedhaliman Allah terhadap hambaNya, itu ya tidak ada. Tetapi kalau siksa itu adzab sebagai balasan perbuatan dosa, ya tentu saja ada. Jawaban itu tadi agak mengagetkan saya, dan baru sembuh kekagetan saya ketika penggalan akhir dia ucapkan. Namun ada jawaban yang lebih mengagetkan saya. Ketika Porkas (judi lotre nasional masa Soeharto) baru muncul, saya bertanya kepada Prof KH Ibrahim Hosen, LML, Ketua Komisi Fatwa MUI/ Majelis Ulama Indonesia, bagaimana tanggapan beliau tentang dimunculkannnya Porkas oleh pemerintah itu. Sambil siap-siap masuk ke dalam mobil di halaman Masjid Istiqlal Jakarta, beliau berkata: Anda jangan tanya tentang yang kecil-kecil seperti itu. Porkas itu masalah kecil. Tanyakan masalah yang besar kepada orang yang mengatakan bahwa di akherat nanti tidak ada siksa. Itu masalah besar, ucap Pak Ibrahim Hosen sambil masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan waktu, ternyata Porkas yang beliau sebut masalah kecil itu menjadi masalah besar secara nasional selama bertahun-tahun. Masyarakat banyak yang melarat dan gila. Di jalan-jalan banyak orang yang menanyakan nomor lotre kepada orang-orang gila. Di mana-mana banyak sonji alias dukun-dukun tebak angka lotre. Di tempat-tempat yang mereka anggap keramat jadi tempat “peribadahan” pemburu nomor judi lotre yang belakangan namanya diubah jadi SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah). Saya pikir, masalah kecil saja kalau dibiarkan, dan tidak diharamkan oleh MUI sejak awal, tahu-tahu jadi besar dan menjadi musibah aqidah umat Islam se- Indonesia. Apalagi pikiran sesat yang disebut masalah besar oleh Pak Ibrahim Hosen yang menganggap kecil masalah Porkas itu tadi.

Minggu, 01 Juni 2008

Klungkung 1 Juni 2008

Di hari minggu pagi ini, sesuai dengan rencana kami akan berkunjung ke Panti Asuhan Fajar Dua di Kampung Jawa Klungkung, panti ini di dirikan oleh Yayasan Fajar Dua yang telah berdiri sejak tahun 1978, Mas Trisno bilang sudah seumuran anaknya J, namun Panti Asuhan atau Pondok Asuhnya sendiri baru di bangun mulai awal tahun 2000 dengan jumlah kamar sebanyak 6 kamar dan jumlah anak asuh yang tinggal 25 orang sementara jumlah anak asuh yang tinggal di luar panti sejumlah 20 orang.

Pagi ini kami berkumpul di Rama Super Market di Jl IB Mantra Biaung, tepat pukul 9 pagi kami berkumpul di meeting point dan ternyata Mbak Ayu – La taverna dengan putra tunggalnya yang guanteng "Ale" sudah mendahului kami, disusul oleh keluarga pak Muhadir ( maaf ya pak kalau sering salah sebut, he he he .. ) keluarga Bang Trisno yang full team , Keluarga Bang Imran, keluarga Kang Dadang, AA Deden yang walaupun kakinya sedang tidak fit namun tetap hadir dan juga Bung Fauzan Koto dari Lavender Hotel, dan Mbak Enny dari Exotic Villa, sebelum kami berangkat terlebih dahulu kami menyiapkan logistik dan mendata sejumlah infaq dan sidaqah yang akan kami bawa.

Tepat jam 10.00 kami pun meluncur ke Klungkung melewati By Pass IB Mantra yang sangat sibuk, lalu lalang kendaraan yang saling berebut jalur tidak membuat kami terbawa, dengan hati hati kami mengikuti pak Muhadir yang melaju terlebih dahulu sebagai penunjuk jalan, kurang dari 30 menit kamipun sampai di Panti Asuhan dan disambut oleh pengurus dan anak anak asuh.

Selalu ada perasaan bahagia dan bangga di hati kami ketika kami berkunjung ke Panti Asuhan, bahagia karena kami mampu memvisualisasikan visi KMPB secara nyata dan bangga karena ternyata para warga KMPB yang super dan luarbiasa sibuk ternyata mampu dan mau meluangkan waktunya untuk berbagi, melihat kebahagiaan dan rasa terima kasih yang di tunjukkan oleh anak anak kita di Panti ternyata mampu mempertebal rasa bersyukur kita.

Sesudah beramah tamah, AA Deden atas nama KMPB menyerahkan sumbangan kepada Pimpinan Panti Asuhan dan diakhiri dengan melihat suasana Panti Asuhan dan kemudian kamipun dengan perasaan berat harus mengakhiri kunjungan kami dan kembali ke Denpasar.

Terima kasih kepada Bapak Muhadir dari Ramada Bintang Bali yang telah merekomendasikan Panti Asuhan ini dan bagi warga yang lainnya yang ingin merekomendasikan Panti Asuhan yang akan kita kunjungi Bulan depan silahkan menginformasikannya kepada kami

Team Koordinator KMPB

Rabu, 28 Mei 2008

Postingan Pertama


Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulilah , sesudah cukup lama saya membiarkan weblog KMPB disebabkan oleh kesibukan yang cukup menyita, mulai hari ini Kamis 29 Mei 2008 weblog ini saya aktifkan kembali walaupun dengan segala keterbatasan disana sini, maklum wong nggarapnya juga di sambi dan bukan IT Professional :)

Harapan sederhana saya adalah bahwa Blog ini mampu menyempurnakan jembatan komunikasi yang sudah kita mulai dengan Milis KMPB di yahoo, Blog ini juga di harapkan mampu meningkatkan komunikasi 2 arah antar warga , orang bilang katanya bisa dimanfaatkan sebagai pengajian virtual, nah saya nih mimpi mudah2an Ki Fuat , Bang Alwin , Kang Heru dan yang lainnya mau menampilkan tulisan tulisannya yang luar biasa di weblog ini, tulisan bisa dikirimkan ke indonesiajourney@gmail.com.

Bukan untuk nampang ataupun mejeng, namun untuk lebih mengenal team inisiator KMPB saya tampilkan gambar para inisiator KMPB saat memantapkan persiapan Launching KMPB di akhir 2006, dari kiri ke kanan : Aa Deden Syaefulah ( Bali Exotic Wedding ) Daeng Imran Jamal ( Novotel Nusa Dua ) Kang Agus Winarko ( Indonesia Journey ) dan Bang April ( Uma Sapna ), alhamdulilah inilah kami berempat yang sempat bikin geger karena mau mendirikan KMPB disaat issue tentang Muslim masih sangat sensitif sesudah peristiwa Bom Bali.

Begitu banyak kritikan, sindiran dan hal hal lainnya yang ditujukan kepada kami, ajaibnya bukan hanya orang non muslim yang menyampaikan bahkan banyak saudara saudara kita yang notabene muslim yang menyampaikan sedikit syak dan prasangkanya kepada kami, namun dengan semangat dan konsep Lilahi Ta'ala dan dengan mengucapkan Bismilah, KMPB kami perkenalkan di Mesjid Nurul Huda pada tanggal 26 Desember 2006 dengan dukungan yang luar biasa dari saudara saudara kita semua.

hari ini, KMPB sudah berusia lebih dari 1 tahun, dengan segala keterbatasan namun dengan dilandasi perasaan yang tulus dan ikhlas dan tentu saja dengan dukungan dan doa anda semua, KMPB mulai mendapatkan simpati dari berbagai kalangan.

Masih banyak mimpi dan harapan kami yang belum terwujud, namun kami yakin dengan ridha allah KMPB suatu saat akan mampu berperan lebih banyak bagi kita dan saudara saudara kita seiman dalam rangka meningkatkan tali silaturahim dan meningkatkan syiar islam di bumi Bali ini.

Sekali lagi, KMPB adalah milik anda dan milik kita semua

Wassalam


Team Inisiator